Monolog Dini Hari

Aku mengetahuimu sebelum kita saling menyapa di chat. Aku mengetahuimu beberapa tahun sebelumnya. 

Beberapa hari ini kamu cukup membuatku menggulung senyuman dengan ragu. Tak sampai satu menit kemudian senyumku terurai kembali. Aku tidak bisa tidak bahagia ketika mengingatmu. Bahkan ketika yang kuingat darimu bukanlah sebuah hal yang positif.

Aku mengetahuimu dari orang-orang sekitarmu, yang secara viral menyebarkan kharismamu, bahkan tanpa perlu kamu suruh. Mereka bukan pesuruhmu, namun pengagummu. Seperti aku. Sayang aku tak seberuntung itu untuk mengenalmu, bahkan hanya untuk bertegur sapa secara langsung.

Kamu tahu rasanya bimbang? Bimbang sesederhana merasakan resah dalam hati. Namun bimbangku padamu tak kunjung padam, malah berlanjut di setiap harinya. 

Aku sangat kagum padamu, bahkan saat pertama melihat fotomu. Aku tak tahu di antara banyak foto yang terpampang, mataku tertuju padamu. Lalu secara perlahan aku melirik informasi tentang namamu. Semesta kemudian menurunkan teman-temanku untuk bercerita tentangmu, untukku.

Kamu tahu, aku tahu, dan mungkin kita semua tahu, kamu sangat mengagumkan. Tak perlu kamu sebut siapa kamu, namamu sudah dikenal. Segenap wanita ingin mengenalmu, lalu mendekatimu. Salah satunya mungkin bersyukur karena dipilih mendampingimu.

Aku tak tahu apa yang barusan kutulis harus dirasakan bahagia atau sedih. Asal kamu tahu, bila semua rasa ini dinamakan kebahagiaan, maka kebahagiaanku mengalami peningkatan secara eksponensial saat mengenalmu. Aku menghabiskan banyak waktuku hanya untuk mencari info tentangmu. Aku tak bisa tidur karena terlalu sibuk memikirkanmu. Aku memikirkanmu, sering, terlampau sering. Aku, iya aku, yang bahkan kamu tak tahu rupanya seperti apa.

Aku tahu ini berat bagiku. Karena 'mental tempe'ku yang menghalangiku untuk berkenalan denganmu. Tapi setelah kupiki-pikir sebenarnya tidak apa-apa jika kita tidak saling mengenal di dunia nyata. Aku bisa, kok, memiliki teman yang kemampuannya sama sepertimu.

Maaf, ku ralat. Sepertinya aku bisa untuk tidak mengenalmu, tapi keinginan bodohku ini untuk menjadi temanmu ini terlalu gila untuk dipendam.

Aku boleh meminta sesuatu padamu? Umm, in case kita memang tidak jadi saling kenal di dunia nyata. Bolehkah kamu simpan kontakku? Simpan saja. Barangkali kamu butuh. Simpan saja, ya, kumohon.

Ya sudah, aku sekarang boleh tidur kembali kah? Aku lelah untuk terlalu lama memikirkan semua ini.

Selamat dini hari.


No comments:

Powered by Blogger.