Kapal
"Mas, satu bubur ayam biasa ya."
Andaikan tempat ini bisa berbicara, mungkin ia sudah menjadi buku harian bagi aku, kamu, dia, mereka, dan kita.
Di dalam hidup kadang kita tidak mesti tahu, esok dan setiap harinya kita akan bertemu siapa. Hidup seperti mengarungi laut, dimana kita berada dalam kapal masing-masing. Berangkat dari tempat berbeda, menggunakan armada yang berbeda, kita sama-sama mencoba menjelajahi laut ini. Tidak ada yang tahu siapa saja penumpang kapal dan seperti apa kondisi kapal ini sesungguhnya, cuma Dia yang tahu.
Mengucapkan pisah pada pasir pantai lalu menyapa ikan di laut yang tidak begitu dalam. Ikan yang masih mampu kita lihat dengan kasat mata. Sesekali kita berani untuk mencelupkan sebagian tangan kita, hanya untuk merasakan sejenak sejuknya air laut. Tapi kita mesti sadar, akan tiba saatnya keindahan dan semua permainan yang bisa kita lakukan sedari tadi harus rela kita tinggalkan. Keadaan berganti dengan letupan ombak. Pertama, kita akan dihampiri anak ombak yang membuat jantung sedikit berdegup. Anak ombak tidaklah sendiri. Ia membawa puluhan temannya seperti segerombolan bocah yang sedang mengajak teman-temannya bermain. Satu per satu anak ombak menabrakkan dirinya pada kapal kita. Terpecah, lalu membentuk gelombang sederhana. Dan.. selamat datang ombak besar! Dia.. yang tak hanya menyapa namun 'memeluk' kita.
Di tengah-tengah perjalanan mengarungi ombak itu.. aku, kamu, dia, mereka.. kita bertemu.
Kapal kita saling bertemu di persimpangan.
Semua bermula ketika kita merasa kita satu. Satu dalam passion dan tujuan. Aku masih ingat bagaimana setiap minggunya kita duduk bersama. Lalu membuka kertas yang bagaikan peta perjalanan kita menuju apa yang kita sebut sebagai sukses. Kita, adalah sekumpulan insan yang berusaha mencari dan memilih jalan untuk menuju sukses. Kita, adalah makhluk-makhluk yang perlahan menggeluti pekerjaan ini dari nol. Kita belum pernah menjadi pengusaha, namun dengan keyakinan pasti kita bisa.
Kita menyiapkan denga cukup matang. Atau mungkin setengah matang? Entahlah. Lima bulan yang lalu kita memulai semua ini. Dengan senyum. Dengan tawa. Dengan pertanyaan-pertanyaan kritis. Kurasa lima bulan bukan waktu yang sebentar. Bersama dalam satu kapal, lima nahkoda, kami menemui berbagai jenis ombak. Setir kapal dipegang oleh masing-masing dari kami. Namun, satu per satu, dari kalian meninggalkan setir. Satu pamit dan izin dengan terhormat. Satu menunggu dan melihat kami mengemudi dari bangku penumpang.. dan setelah sekian lama, ia melambaikan tangan dan memberhentikan kapal lain yang ia percaya lebih bisa diandalkan untuk bisa mencapai pulau mimpinya. Silakan. Satu lagi, entah sejak kapan, melepas kemudi dan.. melompat. Entah kemana. Mungkin ia ingin berenang bebas, tanpa mengemudi apapun. Tanpa kapal dan membiarkan dirinya terus menerus diterjang ombak.
Dan kini aku tinggal berdua dengannya, teman sekapalku. Kalian tahu? Kapal kami tidaklah kecil dan kini yang berusaha keras mengemudikannya hanya dua orang sementara penumpang semakin banyak setiap harinya. Dan kami masih memiliki mimpi, sama seperti kalian.
Kami berdua punya mimpi untuk diri kami sendiri. Akan tetapi, kami tidak ingin meninggalkan kami. Perjalanan kapal kami masih panjang dan penumpang masih (akan) sangat banyak.
Tersenyumlah wahai para penumpang, karena kalian adalah semangat kami untuk mengemudi.
Aku tahu, banyak orang tidak tahu betapa beratnya kapal ini untuk digerakkan. Tapi berat bukan berarti tidak mungkin, bukan?
Terima kasih.. kalian yang sudah pernah membantu dan berjasa besar pada kami, kapal ini, dam seluruh penumpang kami. Kalian punya mimpi, mimpi yang akhirnya tak bisa mewujudkan mimpi para penumpang untuk mendapat makanan sehat.
Selamat tinggal, bagi kalian yang suka melompat dari kapal, aku persilakan. Hati-hati di laut, kapal kami mungkin sering diterpa badai dan ombak hebat, tapi kami tahu perlahan kami dan kapal ini menjadi kuat dari dukungan orang-orang di luar kalian.
"Bang minta bill-nya, ya!"
Aku menyendok suapan bubur terakhirku.
Terima kasih, tempat bubur, tempat yang pernah menjadi saksi bahwa kita pernah sekapal.
Salam hangat,
-Nahkoda yang siap mengarungi kapal walau berat-
No comments: